Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler Fase Starter


Fase starter (umur 0-3 minggu) dalam pemeliharaan ayam broiler merupakan titik kritis terhadap keberhasilannya sampai dengan saat panen. Pada fase ini anak ayam sedang mengalami laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Konsekuensi dari laju pertumbuhan pada fase starter, kandungan nutrien khususnya protein dan energi dalam pakan juga sangat tinggi. Dari aspek manajemen, indikator-indikator teknis yang dapat terpenuhi sesuai sasaran/target sampai dengan akhir fase starter adalah pertanda bahwa pada saat panen nantinya akan memperoleh untung seperti yang ditargetkan. 
Sebelum penerapan prinsip-prinsip manajemen dijalankan pada fase starter, ada baiknya peternakan sudah menyusun data sasaran/target teknis maupun non teknis sesuai dengan spesifikasi strain ayam yang dipelihara. Sasaran teknis merupakan tolok ukur teknis yang nantinya digunakan sebagai instrumen manajemen untuk mengetahui dan menganalisis gejala/kejadian di dalam peternakan. Tanpa data sasaran/target manajemen tidak akan mengetahui apakah pemeliharaan fase starter sudah on the track atau menyimpang.


Dalam perjalanan pemeliharaan ayam, peternakan harus mencatat data aktual yang terjadi di peternakannya. Beberapa hal pokok yang penting untuk dicatat dalam mengelola broiler fase starter ini diantaranya mortalitas, pertambahan bobot badan (PBB), konsumsi pakan, konversi pakan, serta pengendalian dan pengawasan penyakit. Data mortalitas dan konsumsi pakan dapat digunakan sebagai instrumen deteksi dini dari adanya penyakit yang datang. Data konversi pakan dan PBB dapat digunakan sebagai instrumen deteksi kualitas pakan dan cara penyimpanannya. Hal-hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah kematian DOC selama transportasi, kesalahan mengeluarkan DOC dari kotak, dan kesalahan menghitung DOC dari dalam kotak.
Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging adalah jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler merupakan unggas penghasil daging  yang memiliki kecepatan pertumbuhan dalam waktu singkat, sehingga dapat dijadikan usaha komersial yang sangat potensial. Dalam satu periode pemeliharaan ayam broiler berumur 30 hari sudah dapat dipanen.


Daging ayam merupakan daging termurah, harga terjangkau oleh masyarakat luas, berkualitas gizi baik, dan tersedia dalam jumlah yang cukup, serta penyebarannya hampir menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Menurut Suprijatna et al. 2005 Ayam Broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Ayam Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran besar, penuh dengan daging berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi.(Siregar et al. (1980). Amrullah (2003) menyatakan bahwa potensi ayam broiler cukup besar di Indonesia, yaitu mempunyai arti ekonomi yang cukup tinggi sebagai penghasil protein hewani.
Terdapat banyak strain ayam broiler  yang dipelihara di Indonesia antara lain CP 707, Starbro, Hybro, Indian River, Lohman, dll.
Keberhasilan peternakan ayam ditentukan oleh tiga hal yaitu “breeding”, “feeding” dan “management”. Manajemen terkait dengan tata laksana kandang, perawatan, pemasaran dan lain-lain. Salah satu manajemen dalam hal kandang adalah menciptakan kenyamanan dan perlindungan bagi ternak  agar ternak dapat mengkonsumsi pakan dengan baik, efisien untuk pertumbuhan dan produksi. Breeding merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan dalam usah pemeliharaan ayam broiler.
Kehidupan ayam fase starter atau DOC (Day Old Chick) membutuhkan panas yang cukup tinggi, karena mereka baru menetas dan belum mempunyai banyak bulu. Seiring dengan bertambahnya usia temperatur dikurangi. Kebutuhan temperatur pada saat anakan sekitar 31 O C dan berangsur-angsur menurun sampai 21 O C, pada umur 17 sampai 20 hari ( Prayitno dan Yuwono, 1997 dalam Mei 2004 ) . Brooder yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Sumber panas baik dan kontinyu, Penerangan baik, Keadaan udara dalam indukan segar, dan konstruksi baik (Mei,2004).
Pemberian pakan saat pemeliharaan fase starter secara adlibitum. Saat DOC datang pakan dan minum sudah harus disiapkan. Manfaat dari pemberian pakan awal adalah : Pemberian pakan akan merangsang perkembangan usus, metabolisme yang sempurna akan mendukung proses penyerapan antibody maternal(dari indukan), ini menjadi kunci pertahanan tubuh di minggu awal, Berat badan bertambah karena proses penyerapan pakan.

Manajemen Brooding
 Peternak yang menggunakan kandang central brooding ada banyak hal yang harus perlu dipersiapkan. Hal tersebut sebagai berikut:
a.       Mendesinfeksi kandang
Hal ini perlu dilakukan saat akan memelihara ayam agar kandang, peralatan- peralatan dan lingkungan tetap steril dan bebas dari penyakit yang menular.
b.      Mempersiapkan kandang
Membuat kandang central brooding ditempatkan di tengah-tengah kandang. Mengukur luas kandang central brooding sesuai dengan jumlah populasi ayam yang akan dipelihara, jika populasi ayam dalam satu kandang 1.400 ekor maka luas yang dibutuhkan untuk membuat kandang brooding adalah 28 m2. Karena dalam setiap m2 terdapat 50 ekor ayam.

Kandang brooding  diperluas lagi pada hari ganjil  dan setiap hari ganjil jumlah populasi ayam per m2 diturunkan antara 10 - 15 ekor. Perluasan kandang dilakukan sampai memenuhi kandang. Jadi pada akhirnya dalam setiap m2 akan diisi 10 ekor ayam/m2. Jika pada umur tertentu kandang sudah penuh maka harus dilakukan penjarangan.
Pemasangan tirai dan penyekat didesain fleksibel agar mudah diperluas. Penyekat dibuat dari seng dengan tinggi ±30 cm. Tirai terbuat dari plastik dan dipasang mengelilingi kandang dan ditutup rapat.
c.       Mempersiapkan litter
Litter kandang diberi sekam padi yang kering, bersih dari kotoran atau benda-benda lain yang berbahaya bagi DOC. Ketebalan litter antara 10-15 cm.
d.      Mempersiapkan tempat pakan dan minum
Menyiapkan baby chick dan galon air minum yang sudah terisi pakan dan air minum. Air minum diberikan larutan air gula jawa sebagai stimulan agar kesehatan ayam terjaga atau menggunakan produk sejenis yang memiliki fungsi yang sama sebagai stimulan sehingga mudah dalam pemakaiannya dan tidak merepotkan.
e.       Mempersiapkan pemanas indukan
Sebelum DOC masuk ruangan kandang brooding harus sudah diatur temperaturnya 33o C.

Setelah hal-hal tersebut sudah dipersiapkan tinggal kita menunggu DOC datang. Persiapan harus selesai satu jam sebelum DOC datang, suhu ruangan sudah diatur dengan tepat dan stabil, tirai sudah ditutup rapat, pakan dan minum sudah siap. Maka DOC baru dimasukkan.
Sebelum DOC masuk harus melalui pencatatan yang nantinya akan berguna dalam perjalanan satu periode. Pencatatan meliputi : waktu tiba (chick in) strain ayam, asal breeder, jumlah doc, bobot awal, kondisi ayam, ada yang mati atau tidak, jumlah ayam yang mati.
Dalam perjalanan pemeliharaan pada masa brooding yang perlu diperhatikan adalah buka tutup tirai dan pemanas indukan. Manajemen buka tutup tirai ini kondisional, disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Apabila lingkungan sekitar panas yang membuat suhu ruangan brooding naik maka kita bisa membuka tirai atau menurunkan gas indukan. Dan apabila lingkungan sekitar dingin kita bisa menutup rapat tirai atau menaikkan pemanas gas indukan.
Di hari 1-2 tirai masih ditutup rapat, di hari ke-3-4 tirai di buka ¼ luas kandang ditambah, hari ke- 5-7 dibuka ½ dan luas kandang di tambah lagi, dan seterusnya dimulai di hari ganjil.
Setiap peternak memiliki catatan perjalanan ayam dalam satu periode dari awal sampai akhir (panen). Catatannya dari mulai jumlah kebutuhan pakan harian, pemberian pakan, bobot badan, mortalitas, dan lain lainya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayam Joper Sangat Potensial Untuk Dibudidayakan

Rumen

Omasum